IKHLAS


     sering mendengar ada yang mengatakan “saya sudah meng-ikhlas-kanya”. Istilah ikhlas sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari disekitar kita. Namun, hingga saat ini makna ikhlas terdengar absurd dan bahkan terkadang disalah maknakan sebagai menerima apa adanya. Apakah benar demikian. Saya coba ingin membedah sedikit makna ikhlas dari pemahaman dan hasil belajar dari guru-guru kehidupan. Kebetulan dalam hal ini, saya menggunakan pendekatan terminologi islam yang memang notabenenya adalah sumber yang paling sering menggunakan kata ikhlas.
Dalam terminologi islam sendiri, kata ikhlas diperoleh dalam Al-Qur’an yaitu surat Al Ikhlas, surat ke-112. Kalo secara bahasa, makna ikhlas adalah murni.Surat ini menceritakan tentang kemurnian pengabdian manusia terhadap sang penciptanya. Memurnikan rasa, abdi dan karya hanya kepada-Nya. Tidak ada selain-Nya.., He is really the one. Only one. Dalam surat ini, Allah (Tuhan) menyebutkan dengan gagahnya, apa-pun (segala sesuatu, termasuk manusia) sangat bergantung kepadanya. Bahkan Allah (tuhan) secara tegas menyatakan dengan penekanan yang kuat tidak ada sesuatu apa-pun yang menyamai-Nya. Luar biasa.
Kita sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan bukan…?.oleh karena itu kita harus mengkedepankan rasa keikhlasan kita,sebab keikhlasan sudah mendasari semua kebaikan pada diri kita.
Masih absurd juga ya?. Oke kita sedikit lagi melihat ikhkas sebagai sesuatu yang mudah dipahami.
Yaitu dengan mentelaah beberapa keterangan dibawah ini yang di kutip dari berbagai sumber berikut.
Kata ikhlas dalam Al-Qur’an ada banyak, selain surat Al ikhlas, saya coba sedikit lebih dalam mengupasnya dari sisi lain makna ikhlas sesungguhnya yang ingin dikatakan oleh Allah.
Ikhlas dalam Al Qur’an juga disinggung pada surat Al Insyirah, surat ke-94. Kalo dalam surat sebelumnya berbicara tentang substansi, pada surat ini Allah lebih berbicara operasional. Uni dan menarik, kebetulan ini menjadi suart favorit bagi saya. Walaupun tidak ada secara eksplisit kata “ikhlas”, surat ini menunjukan bagaimana ikhlas itu dilakukan dan seperti apa prosesnya.
Ayat pertamanya sudah menenangkan manusia, bahwa Dia-lah yang memberikan “nasyrah” kelapangan dada (rasa tenang & fokus), bukan manusia yang terkadang sombong bahwa apa yang ada dalam dirinya (kesuksesan,kontrol perasaan,dll) adalah upaya sendiri. Ayat berikutnya-pun Allah menundukan sifat kesombongan manusia dengan mengatakan bahwa Dia-lah yang telah meringankan beban di pundak kalian. Tidak berhenti di situ, Allah-pun mengayomi manusia dengan mengatakan,Dia yang meninggikan nama manusia. Semakin indah, Allah berbicara dengan lembut di ayat berikutnya bahwa dalam 1 kesulitan terdapat 2 kemudahan, sangat menenangkan. Dilanjutkan dengan ayat memahamkan suatu pekerjaan, setelah selesai suatu urusan maka kerjakanlah urusan yang lain dengan sungguh-sungguh. Surat ini-pun ditutup dengan indah, setelah kita berusaha berjuang sekuat tenaga maka ikhlaskan-lah. (anda bisa lihat tafsirnya)
Kalo di atas itu sumbernya dari Al-Qur’an, maka yang ini dari hadits.
Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak memandang postur tubuhmu dan tidak pula pada kedudukan maupun harta kekayaanmu, tetapi Allah memandang pada hatimu. Barangsiapa memiliki hati yang shaleh maka Allah menyukainya. Bani Adam yang paling dicintai Allah ialah yang paling bertakwa. (HR. Ath-Thabrani dan Muslim)
Yaitu ,Allah memandang kebaikan hamba-Nya itu dari hati yang saleh yang mempunyai rasa keikhlasan.
Yasir wa laa tu;asir: Permudahlah dan jangan di persulit.
Menarik quote Mario Teguh tentang ikhlas, “menerima yang ada dengan baik, dan mengupayakan akan adanya yang lebih baik. Karena tidak mungkin orang mendapatkan kedamaian, ketenangan, kelurusan berfikir; untuk mengadakan yang tadinya belum ada, mewujudkan yang tadinya masih berupa impian, kemudian menjadikannya yang lebih hebat tanpa menerima dengan ikhlas apa yang sudah terjadi, dan menjadikannya modal bagi perbaikan.”
Kesimpulan : bahwa rasa ikhlas itu termasuk tiang pondasi yang kokoh bagi pemeluk agama islam.
Maka dari itu marilah kita biyasakan diri dan pikiran kita untuk selalu           istiqomah/berpropses dalam melakukan keikhlasan .
Moh.Husnul Murodi
Di kutip dari berbagai sumber

Comments

Popular Posts