Pemikiran dari Luar Pikiran


Pemikiran dari Luar Pikiran


Pernahkah kalian berpikir bahwa kehidupan yang kita miliki dan jalani bukan berasal dari diri kita sendiri. Seperti sebuah pertanyaan yang keluar dalam kepala kita, apakah keseharian kita ada yang menggerakan dan mengatur dari luar diri kita?, Mindset yang muncul dari ketidaksadaran kita?, argumen yang keluar dari yang bukan hasil pemikiran kita?. Dari semua itu kalian mestinya sudah tahu, apa yang menjadikan diri kita berbuat seperti kesehariannya, dalam apa yang menjadikan kita bertindak dalam artian yang bukan kita sadari. Hal ini sangat dekat dengan diri kita. Suatu konsep yang penuh dengan kerahasian yang tidak normal, yang membawa kita menuju jalan yang kita ambil dengan ketidaksadaran.
Keluar dari konsep ke-Tuhan-an seperti qodo’ dan qodar. Impian sesorang sangat ditentukan oleh keadaan sekitar hidup mereka, entah mereka bisa menggapainya atau tidak. Semua itu tergantung dengan keadaan luar dari diri kita. Ini hanyalah sebuah opini yang bersangkutan dengan keyakinan sesorang atas usaha mereka terhadap pengejaran mimpi tersebut. Apa yang menjadi poin kita untuk melangkah ebih jauh ke depan adalah di saat kita benar-benar berpikir untuk melangkah maju. Kendati demikian tidak jarang setiap usaha berpikir pasti dipengaruhi dunia luar pikiran kita. Kemungkinan inilah yang tidak pasti jika dibilang suatu konsep berpikir diluar ranah berpikir kita.
Melompat kepada sebuah kisah putri raja yang dibuang oleh keluarganya saat masih bayi karena dianggap memilki kutukan. Dalam cerita tersebut si anak saat dewasa tidak tahu asal-usulnya dan menjadi seperti apa dikemudian hari. Dia hanya mengikuti setiap kehidupan biasanya sebagai sorang rakyat biasa. Dia tidak sekalipun berambisi ingin menjadi seorang putri dan menjadi ratu di kemudian hari. Namun suatu ketika dia bertemu sorang pangeran dan seketika sang pangeran jatuh cinta padanya. Wanita tersebut dibawa sang pangeran untuk melihat-lihat istana, hingga suatu ketika ada seorang pembantu yang tua mengenalinya. Keluarga kerajaan digemparkan dengan itu semua, bahwa dialah sang putri yang hilang itu. Hingga dia diangkat menajdi ratu untuk menggantikan sang ayah yang telah meninggal.
Dalam cerita tersebut memang fiktif, namun apakah hal itu tidak mungkin terjasi dikehidupan nyata kita. Bukan kita yang menjadi sang putri yang dibuang, melainkan kehidupannya yang biasa dan tidak ingin menjadi luar biasa,namun tetap menjadi suatu yang luar biasa. Pertanyaannya, apakah itu semua takdir yang sudah ditentukan?. Dari pernyataan awal yang keluar dari konsep Ketuhanan, bahwa hal ini tidakalah menjadi apa yang kita perkirakan. Apa yang menjadi garis hidup kita adalah yang digerakkan oleh apa yang diluar diri kita. Menjadi seuatu yang diinginkan atau tidak bukanlah suatu pilihan yang kita tetapkan, melainkan suatu dadu yang bergulir kearah angka yang tepat. Maksudnya semua itu seperti menguji nasib atau dengan kata lain berjudi. Kita tiadak tahu kedepannya, namun kita tetap mengerjaknnya dan berusaha mencapainya, hingga menang dan kalah, tepat dan tidak tepatlah yang menentukan.
pikiran kita tidak menggapai itu semua (sebuah Vision). pemikiran kita dibatasi oleh indrawi kita, bahawa apa yang kita pikirkan hari ini adalah suatu yang kita ketahui hari ini atau hari sebelumnya. itu semua adalah batasan seorang manusia untuk menjadi dirinya sendiri dan bergerak atas kehendak sendiri. percaya pada orang lain itu juga meripakan hasil pikiran kita atas apa yang kita ketaui dari orang yang dipercaya tersebut.kita tidak tahu mungkin jika kelak orang yang kita percayai akan menghianati kita, dan menusuk kita dari belakang. namun saya tegaskan sekali lagi bahwa semua itu juga merupakan pengaruh dari luar pikiran kita.

Comments

Popular Posts